Di seluruh dunia, Bali dikenal dengan julukan Pulau Dewata. Julukan ini diberikan bukan tanpa alasan. Selain karena keindahan panorama alamnya yang nyaris seperti surga, julukan tersebut diberikan juga karena masyarakat Bali sangat kuat dalam memegang erat budaya nenek moyangnya. Meski ratusan ribu orang datang untuk berkunjung setiap tahun, masyarakat Bali tak pernah mengenal yang namanya akulturasi budaya. Budaya bali yang murni tetap lestari hingga kini, dibuktikan salah satunya oleh eksistensi pakaian adat bali yang terus dikenakan oleh masyarakatnya dalam peribadatan dan aktivitas sehari-hari.
Pakaian Adat Bali Pakaian adat Bali lazimnya memang dikenakan hanya pada saat sembahyang oleh para pemeluk Hindu di Bali. Kendati demikian, dalam aktivitas sehari-hari tak jarang pula kita temukan orang-orang Bali yang mengenakan pakaian adat ini. Tidak ada nama khusus dari pakaian adat Bali. Oleh karena itu, ketika banyak orang luar menanyakan tentang hal ini, orang-orang Bali umumnya akan kebingungan. Mereka hanya akan menyebut pakaian yang dikenakannya dengan nama “pakaian adat Bali” seraya menjelaskan nama-nama aksesoris pakaian tersebut dan kegunaannya.
Pakaian Adat Bali Pakaian adat Bali lazimnya memang dikenakan hanya pada saat sembahyang oleh para pemeluk Hindu di Bali. Kendati demikian, dalam aktivitas sehari-hari tak jarang pula kita temukan orang-orang Bali yang mengenakan pakaian adat ini. Tidak ada nama khusus dari pakaian adat Bali. Oleh karena itu, ketika banyak orang luar menanyakan tentang hal ini, orang-orang Bali umumnya akan kebingungan. Mereka hanya akan menyebut pakaian yang dikenakannya dengan nama “pakaian adat Bali” seraya menjelaskan nama-nama aksesoris pakaian tersebut dan kegunaannya.
1. Pakaian Adat Bali Pria
Yang pertama, mari kita bahas tentang pakaian adat Bali pria. Secara umum para pria Bali mengenakan pakaian yang terdiri dari beberapa aksesoris yang di antaranya
ikat kepala (udeng), baju, kamen, kampuh (saput), serta selendang pengikat (umpal).
a. Udeng (Ikat Kepala)
Salah satu yang khas dari pakaian adat pria Bali adalah adanya perlengkapan udeng. Udeng adalah sebuah penutup kepala dari kain yang digunakan untuk ibadah dan untuk aktivitas sehari-hari. Untuk ibadah dan acara keagamaan, udeng yang digunakan adalah udeng putih, sementara untuk aktivitas sehari-hari udeng yang digunakan adalah udeng bermotif batik. Bentuk udeng yang unik dengan adanya simpul di bagian tengah depan menyimbolkan bahwa pemakainya harus dapat berpikir jernih dan memusatkan pikiran saat beribadah.
b. Baju
Baju atau atasan yang digunakan dalam perlengkapan pakaian adat Bali adalah sebuah baju tertutup yang modelnya nyaris mirip baju safari. Kendati begitu, pada prinsipnya baju yang dipakai tidak memiliki aturan khusus, yang penting rapi, bersih, dan sopan.
c. Kamen
Pria bali tidak menggunakan celana sebagai bawahan. Fungsi celana diganti dengan kamen atau kain sepanjang 2 meter dan lebar 1 meter. Kain ini diikatkan di pinggang melingkar dari kiri ke kanan. Ikatan tersebut melambangkan darma, sementara pemakaian yang tepi bawahnya harus sejengkal dari telapak kaki disertai ujung lancip yang menghadap ke bawah menyentuh tanah melambangkan bentuk penghormatan pada ibu pertiwi.
d. Saput (Kampuh)
Setelah kamen dipakai, ada 1 lagi kain penutup bagian bawah yang harus dikenakan. Kain tersebut bernama saput atau kampuh. Saput diikatkan di pinggang secara melingkar berlawanan arah jarum jam. Saput merupakain kain berdesain klasik yang lebih sering dipakai saat ibadah atau acara keagamaan. Tujuan penggunaannya adalah untuk menutupi lekuk tubuh dan aurat.
e. Umpal (Selendang Pengikat)
Untuk menguatkan kamen dan saput, digunakan selendang kecil berwarna kuning yang bernama umpal. Ikatan yang digunakan adalah ikatan dengan simpul hidup yang diletakan di sebelah kanan. Cara mengikat ini mengandung arti bahwa pria bali harus dapat mengendalikan semua hal buruk dari segala aktivitasnya. Pada acara tertentu seperti pernikahan, pakaian adat Bali untuk pria juga dilengkapi dengan aksesoris lainnya seperti keris, baju kemeja, jas, serta alas kaki.
2. Pakaian Adat Bali Wanita
2. Pakaian Adat Bali Wanita
Sama dengan pakaian adat Bali pria, pakaian adat Bali wanita juga sarat dengan nilai-nilai filosofis keagamaan. Pakaian tersebut terdiri atas beberapa aksesoris yaitu kebaya, kamen, senteng atau selendang, bulang pasang, sanggul, dan bunga sebagai penghias rambut.
a. Kebaya
Atasan yang digunakan pada pakaian perempuan adat Bali adalah kebaya dengan motif sederhana dan warna cerah. Pemilihan kebaya dinilai dapat menonjolkan sisi kecantikan dan keanggunan wanita Bali. Adapun dalam keperluan ibadah, kebaya yang digunakan haruslah sopan dari sisi desain, rapi dan bersih.
b. Kamen
b. Kamen
Untuk bawahan,
pakaian adat Bali wanita juga dilengkapi dengan kamen. Kamen dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah hingga sebatas 1 telapak tangan dari lutut. Batasan ini diatur agar wanita Bali leluasa dalam bergerak melangkah dan berjalan, namun tetap terlihat sopan dan anggun.
c. Selendang (Senteng)
Wanita Bali umumnya juga akan mengenakan selendang atau senteng yang disampirkan di bahu. Pemakaian selendang mempunyai makna filosofis bahwa wanita Bali haruslah ingat akan ajaran darma dan siap mendidik putra putrinya kelak agar patuh terhadap orang tua.
d. Bulang
Pasang Untuk menguatkan ikan kamen,
digunakan sebuah selendang kuning bernama bulang pasang yang diikatkan di pinggang. Pemakaian selendang bulang pasang dalam pakaian adat Bali wanita memiliki makna filosofis agar wanita Bali dapat menjaga rahimnya dan mengendalikan tingkah lakunya dari segala keburukan.
e. Sanggul
Bagi wanita Bali, penataan rambut beserta hiasannya memiliki aturan khusus. Sedikitnya ada 3 jenis gaya tata rambut atau sanggul yang dapat digunakan mereka, yaitu pusung gonjer, pusung tagel, dan pusung kekupu. Pusung gonjer dikhususkan untuk wanita yang masih lajang atau belum menikah, pusung tagel dikhususkan untuk wanita yang sudah menikah, sementara pusung kekupu atau pusung podgala dikhususkan untuk wanita yang menyandang status janda.
f. Bunga dan Aksesoris Lainnya
Untuk mempercantik diri dan sebagai sarana ibadah, wanita adat Bali umumnya juga akan menelipkan setangkai bunga di telinga atau rambutnya. Bunga yang dipilih adalah bunga cempaka kuning, cempaka putih, dan atau bunga kamboja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar